humas@stitmuhbangil.ac.id 0343-744417

Pengelolaan Jurnal Menuju Kualitas Nasional dan Internasional

Kamis, 18 September 2025 mendelegasikan M. Ali Mashabi, M.Pd dan Fitriyah, M.AP untuk mengikuti kegiatan yang diadakan oleh Kopertais Wilayah 4 Surabaya di Greensa inn. Untuk menambah keilmuan dan pengalaman yg nantinya dapat di aplikasikan di Jurnal STIT Muhammadiyah Bangil, “JIE” (Journal of Islamic Education). Ada bbrpa point yg perlu diperhatikan.
Pertama, beberapa contoh jurnal yang sudah terindeks Scopus seperti Ascarya, Munaddhomah, dan Nazhruna menunjukkan bahwa sebuah jurnal tidak bisa berdiri sendiri; ia harus memiliki jaringan kuat antar editor, reviewer, dan penulis. Jaringan yang baik misalnya dengan para akademisi atau praktisi bidang tertentu dapat mempermudah pencapaian peringkat tinggi (Q1).

Kedua, kualitas pengelolaan jurnal menjadi kunci. Scopus menilai berdasarkan beberapa indikator penting:
* Kebijakan jurnal (policy) ±35%
* Citedness (jumlah sitasi) ±25%
* Konten artikel ±20%
* Regularitas terbit ±10%
* Ketersediaan online ±10%
Selain itu, judul dan abstrak artikel sangat berpengaruh terhadap visibilitas dan akreditasi. Abstrak idealnya 200–300 kata. Fokus dan Scope sebaiknya dibuat naratif dan jelas membedakan jurnal dari yang lain.

Ketiga, kualitas editor merupakan salah satu penentu penting. Ketua editor sebaiknya memiliki publikasi Scopus minimal lima artikel. Scopus sendiri tidak mengenal istilah reviewer, hanya editor. Editor juga bertugas mengecek referensi, bahasa, serta memastikan konsistensi format.

Keempat, strategi penulisan dan sitasi.
* Sitasi berbahasa Indonesia harus menggunakan jurnal berbahasa Indonesia juga.
* Referensi sebaiknya dikelola dengan Mendeley atau Zotero.
* Judul artikel, abstrak, template, dan tata letak harus menarik serta konsisten.
* Artikel jelek jangan langsung dipublikasikan, tetapi dipoles atau direvisi.

Kelima, etika dan teknis pengelolaan jurnal:
* Jangan menyebutkan nama lembaga penelitian luar negeri sembarangan.
* Setiap edisi jurnal harus dideskripsikan dengan jelas.
* Jika jurnal mati atau berhenti, maka edisi-edisi sebelumnya harus diisi sebelum memulai kembali agar akreditasi tidak hilang.
* Format subbab sebaiknya tidak menggunakan numbering (angka) jika ingin meningkatkan nilai akreditasi.

Keenam, penggunaan teknologi AI seperti ChatGPT atau Jenni.ai memang bisa membantu, tetapi editor mampu mendeteksi penggunaan AI. Oleh karena itu, penggunaannya harus bijak dan sesuai etika akademik.

Ketujuh, sistem OJS dan regulasi teknis.
* Minimal terbit lima artikel setiap edisi.
* ISSN harus konsisten sejak awal penerbitan.
* Jika membuat jurnal baru, harus ditata ulang dari volume dan nomor edisi awal.
* “Issue” = tahun, sedangkan “Volume” = nomor penerbitan.

Kesimpulannya, pengelolaan jurnal yang baik menuntut editor profesional, jaringan yang luas, kebijakan yang jelas, kualitas artikel yang tinggi, serta kepatuhan pada etika akademik. Dengan memperhatikan aspek-aspek ini, peluang jurnal untuk terindeks SINTA tinggi atau Scopus akan semakin besar.

Leave a Reply